A. PENGERTIAN TA’ZIYAH
التعزية وَهِيَ الْأَمْرُ بِالصَّبْرِ وَالْحَمْلِ عَلَيْهِ بِوَعْدِ الْأَجْرِ وَالتَّحْذِيرِ مِنْ الْوِزْرِ بِالْجَزَعِ وَالدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ بِالْمَغْفِرَةِ وَلِلْمُصَابِ بِجَبْرِ الْمُصِيبَةِ وظَاهِرُهُ أَنَّ التَّعْزِيَةَ إنَّمَا تُحَقَّقُ بِمَجْمُوعِ ذالك وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ غَيْرُ مُرَادٍ فَلْيُرَاجَعْ رَشِيدِيٌّ
Ta’ziyah adalah mengajak serta menghibur dengan perkata-perkataan yang dapat menentramkan, mendamaikan jiwa orang-orang yang sedang ditimpa kesusahan ( musibah kematian ) untuk bersabar dan tabah dalam menghadapi cobaan serta mendoakan keampunan dosa-dosa terhadap manyat dan medoakan pahala terhadap orang-orang yang ditimpa musibah.
Dari pengertian Ta’ziyah dalam kitab Tuhfatul Muhtaj yang terdapat pada hal.210 secara dhahir ibarat menyatakan bahwa “ baru dikatakan melakukan Ta’ziyah mesti ijtimak semua perkara tersebut (الْأَمْرُ بِالصَّبْرِ وَالْحَمْلِ عَلَيْهِ بِوَعْدِ الْأَجْرِ وَالتَّحْذِيرِ مِنْ الْوِزْرِ بِالْجَزَعِ وَالدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ بِالْمَغْفِرَةِ وَلِلْمُصَابِ بِجَبْرِ الْمُصِيبَةِ) .
Ta`ziah tidak hanya saja dilakukuan untuk orang yang meninggal saja tetapi juga dianjurkan kepada orang-orang yang memang peristiwa tersebut merupakan musibah baginya seperti kehilangan dan sebagainya ini sesuai dengan hadis nabi:
"من عزى مصابا فله مثل أجره"
Artinya: Siapa saja yang melakukan ta`ziah kepada orang-orang yang ditimpa musibah maka dia akan mendapat pahala seperti si musibah tersebut.
B. HUKUM TA’ZIYAH DITINJAU DARI MASA MELAKUKANNYA
1. Sunat Ta’ziyah Selama Tiga Hari
Dari definisi Ta’ziyah diatas dapat kita fahami bahwa melakukan Ta’ziyah adalah Sunat. Mengapa demikian?? Secara akal dan pikiran sehat pasti mengakui bahwa menghibur orang-orang yang sedang mengalami kesusahan merupakan perbuatan baik dan agama menganjurkan berbuat baik sesama manusia. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yang bunyinya sebagai berikut:
وتعاونوا على البر والتقوى
Artinya: Tolong menolonglah untuk berbuat kebaikan dan taqwa.
Salah satu yang tergolong dalam perbuatan baik adalah menghibur orang-orang yang sedang mengalami kesusahan terhadap cobaan yang sedang menimpanya. Selain dari pengertian ayat diatas mengarah bahwa melakukan Ta’ziyah merupakan sunat karena Ta’ziyah merupakan salah satu dari sekian banyak perbuatan lainnya, disini akan disebutkan beberapa nas kitab klasik yang menyatakan bahwa Ta’ziyah adalah sunat. Beberapa kitab klasik ini adalah sampel terhadap kitab-kitab klasik lainnya yang tidak disebutkan disini.
Sunat melakukan Ta’ziyah sesuai dengan nas-nas kitab klasik ( kitab-kitab kuning ). Adapun kitab-kitab yang telah menyatakan bahwa Ta’ziayah merupakan sunat adalah:
1. kitab I’anatuttalibin hal: 145.
Didalam kitab ini telah dinyatakan bahwa: تسن تعزيةالمصاب . Pernyataan kitab I’anah ini berdasarkan beberapa hadis yang di riwayatkan oleh perawi-perawi hadis yang tekenal seperti Turmizi dan Ibnu Majah.
A. Hadis Turmizi dari ibnu Mas’ud yang berbunyi:
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من عزي مصابا فله مثل أجره
B. Hadis Turmizi dari Abi Barzah yang berbunyi:
من عزى ثكلى كسى بردا
C. Hadis Ibnu Majah dan Baihaqi dari Umar Ibnu Hazam yang berbunyi:
مامن مؤمن يغزى اخاه بمصيبة الا كساه الله عزوجل من حلل الكرامة يوم القيامة
2. kitab Bujairimi hal : 648.
Dalam kitab ini telah dinyatakan bahwa: Melakukan Ta’ziyah kepada keluarga Mayit ( orang-orang yang ditimpa musibah ) adalah sunat hukumnya. Ini sesuai dengan matannya: “ وسن تعزية نحو اهل الميت”. Pernyataan kitab bujairimi ini berdasarka hadis yang diriwayatkan oleh Syaikhain (Bukhari-Muslim) yang matannya sebagai berikut:
نبي صلى الله عليه وسلم مر علي امرأة تبكي على صبي فقال لها اتقي الله وصبري ثم قال انما الصبر أي الكامل عند الصدمة الاوالى رواه الشيخان
Artinya: Suatu hari Nabi SAW melewat didepan seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya, kemudian Nabi memerintahkan kepada perempuan itu untuk bertaqwa kepada Allah dan bersabar atas cobaan yang menimpanya. Kemudian nabi berkata “ bersabar ketika mendapat musibah lebih baik baginya”.
Hadis diatas menunjukkan bahwa “Bersabar ketika mendapat musibah lebih baik ketimbang sabar sesudah berlalunya musibah”. Selain hadis yang tersebut diatas dalam kitab Bujairimi juga terdapat hadis yang lain. Dimana hadis ini menganjurkan kepada ummat Islam untuk melakukan Ta’ziyah. Berikut ini adalah matan hadis yang dimaksud.
أن أسامة بن زيد قال أرسلت إحدى بنات النبى صلى الله عليه وسلم تدعوه وتخبره أن ابنا لها في الموت فقال للرسول: إرجع إليها فأخبرها أن لله ما أخذ وله ما أعطى وكل شيئ عنده بأجل مسمى فمرها فلتصبر ولتحتسب.
3. Mughny al-Muhtaj hal:
Dalam kitab ini telah dinyatakan bahwa “ melakukan Ta’ziyah adalah sunat, baik sebelum mayit dikebumikan maupun sesudah dikebumikan selama tiga hari. Pernyataan kitab ini bedasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Boihaqi.
مامن مؤمن يغزى اخاه بمصيبة الا كساه الله عزوجل من حلل الكرامة يوم القيامة
4. Tuhfatul Muhtaj hal:
5. Al-Mahally hal:
6. Raudhatut Thalibin hal:
7. Fathul Wahab
8. Syarah Wajiz hal:
9. Majmuk Syarah Muhazzab hal:
10. Nihayatul Muhtaj hal:
11. Syarah Bahjah hal:
12. Astna Mathalib hal:
13. Hasyiah Jamal hal:
14. Kitab Al-Anwar hal:
15. Fiqh Islam hal:
16. Bujairimi ‘Ala Khathib hal:
Semua kitab-kitab yang tersebut diatas menyatakan bahwa “ Hukum Ta’ziyah adalah Sunat selama tiga hari”. Jadi sudah dapat kita simpulkan berdasarkan matan-matan kitab yang tersebut diatas bahwa Ta’ziyah adalah sunat selama tiga hari.
Mengenai permulaan perhitungan waktu tiga ini para ulama berbeda pendapat. . a. Ada yang menyatakan bahwa: waktu permulaan Ta’ziyah sesudah mayit dikebumikan. Pernyataan ini sesuai dengan nas kitab Tuhfatul Muhtaj hal:…….. di dalam kitab ini disebutkan: “ وأتداؤها من الدفن كما في المجموع ”.
b. Ada yang menyatakan bahwa: waktu permulaan Ta’ziyah sesudah meninggal walaupun sebelum mayit dikebumikan. Pendapat ini merupakan pendapat yang kuat. Dalam kitab Syarwani hal…….di nyatakan
واعترضه جمع بأن المنقول انه من الموت هذا هو المعتمد شرح م ر
Demikianlah mengenai ketetapan waktu permulaan Ta’ziyah yang terdapat dalam kitab-kitab yang sudah diakui keabshahannya. Maka dari ringkasan batas waktu ta`ziah di atas dapat kita fahami bahwa berulangkali berta`ziah tidak dimakruhkan dalam tiga hari walaupun dapat menimbulkan gundah yang baru.
2. Makruh Melakunkan Ta’ziyah Sesudah Tiga Hari
Melakukan Ta’ziyah sesudah tiga hari adalah Makruh.
Dari definisi Ta’ziyah diatas dan nilai-nilai yang terdapat pada disyari’atkan Ta’ziyah dapat disimpulkan bahwa melakukan Ta’ziyah sesudah tiga hari termasuk dalam salah satu perbuatan yang makruh. Mengapa demikian?? Orang yang berpikiran yang sehat pasti mengakui bahwa menyusahkan, menyengsarakan orang lain adalah salah satu perbuatan yang dilarang. Melakukan Ta’ziyah sesudah tiga hari dapat menimbulkan kegundahan kembali terhadap ahli mayit karena pada kebiasaan kegundahan akan hilang sesudah tiga. Manakala melakukan Ta’ziyah pada hari keempat dan hari-hari selanjutnya sama halnya dengan membangkitkan kegundahan, kegelisahan kembali terhadap ahli mayit. Tetapi bila seandainya si penta`ziah atau dita`ziah tersebut jauh (membolehkan qasar sembahnyang ) maka tidak mengapa berta`ziah pada hari keempat dan hari-hari selanjutnya. Imam Haramain memberi alasan di dalam kitab Qalyubi `ala syarhil minhaj bahwa sanya disyari`atkan berta`ziah selama tiga hari yang semestianya setiap manusia harus bersabar dari hari pertama, karena setiap jiwa menusia tidak sanggup menahan kegundahan dan kesedihan dalam tiga hari tersebut, maka dengan latar belakang itulah di rukhsahkan berta`ziah selama tiga hari, dan pada kebiasaannya kegundahan itu akan hilang dalam waktu tiga hari.
Makruh berta’ziyah sesudah hati ketiga sesuai dengan nas kitab-kitab kuning. Adapun kitab-kitab yang telah dikaji yang isinya menyatakan bahwa “Berta’ziyah sesudah hari ketiga merupakan Makruh” adalah sebagai berikut:
1. Kitab Bujairimi, cet: Bairut. Hlm: 649.
Dalam kitab ini dinyatakan bahwa “تكره التعزية بعدها ” Ta’ziyah adalah makruh sesudah tiga hari
2. Kitab Mughny al-Muhtaj, hlm:
3. Kitab Tuhfatul Muhtaj, hlm:
4. Al-Mahally, hlm:
5. Raudhatut Thalibin, hlm:
6. Fathul Wahab, hlm:
7. Syarah Wajiz, hlm:
8. Majmuk Syarah Muhazzab, hlm:
9. Nihayatul Muhtaj, hlm:
10. Syarah Bahjah, hlm:
11. Hasyiah Jamal, hlm:
12. Fiqh Islami, hlm 1573
13. Bujairimi ‘ala Khathib, hlm:
C. HUKUM TA’ZIYAH DITINJAU DARI SISI PENTA’ZIYAH DAN ORANG YANG DITA’ZIYAH
a. Sunat
1. Seorang muslim sunat melakukan Ta’ziyah terhadap muslim yang lain ( apakah ia seorang penzina yang muhsan maupun orang yang meninggalkan shalat). Islam telah menyatakan bahwa “ Islam bagaikan tubuh yang satu”. Ini sesuai dengan pernyataan hadis yang diriwayatkan oleh……..الإسلام كالجساد الواحد . Dalam artian bila seseorang muslim mendapat kesenangan maka muslim yang lain juga ikut senang, begitu juga bila seorang muslim mendapat musibah maka muslim yang lain juga merasakan hal yang sama. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa seorang muslim berta’ziyah kepada muslim yang lain adalah sunat. Dalam kitab Bujairimi hlm. 659 telah dinyatakan bahwa:
( فيعزى مسلم بمسلم) بأن يقال له (أعظم اللله أجرك وأحسن عزاءك وغفر لميتك)
Seorang muslim melakukan Ta’ziyah kepada muslim yang lain seraya berkata ia “ Allah SWT ………………………………..
Dari matan kitab ini memang tidak dinyatakan langsung tentang sunat tetapi dalam Syarah kitab ini pada hlm yang sama (pada قوله:بمسلم) telah dinyatakan secara langsung bahwa Ta’ziyah muslim kepada muslim yang lain adalah sunat.
2. Seorang muslim sunat melakukan Ta’ziyah kepada kafir ( baik kafir itu harbi atau bukan) dengan harapan kafir itu masuk Islam karena tersentuh jiwanya dengan kebaikan Islam. Dalam Syarah Bujairimi hal.650 (pada قوله فلا يعزيان dan قوله وللمسلم تعزية كافر ) menyatakan bahwa seorang muslim sunat melakukan Ta’ziyah terhadap kafir dengan harapan kafir tersebut masuk Islam.
b. Makruh
وسن ان يعمهم بها حتى الصغار والنساء الا الشابة فلا يعزيها الامحارمها ونحوهم
Sunat melakukan Ta’ziyah ke seluruh ahli si mayit, baik anak-anak kecil ataupun wanita kecuali gadis-gadis yang cantik maka tidak boleh berta’ziyah kepadanya kecuali orang-orang yang ada hubungan tali persaudaraan(orang-orang yang tidak boleh kawin dengannya).
1. Dimakruhkan bagi seseorang Ajnabi yang tidak mempunyai hubungan dengan seseorang perempuan yang dita`ziahkan untuk melakukan ta`ziah kepada siperempuan tersebut, kecuali bila seandainya si perempuan tersebut mempunyai mahram, suami atau seseorang yang dibolehkan melihatnya menurut syara`. hukum makruh ta`ziah disini tidak dibedakan apakah memang si ajnabi yang melakukan Ta’ziyah pertama kali atau ataukah berta`ziah untuk membalas ta`ziah yang pernah dilakukan oleh si perempuan yamg dita`ziakan. Ini diuraikan dalam kitab Bujairimy hal 649 pada قوله (الا الشابة فالا يعزى ا
c. Haram
1. Haram hukumnya bagi setiap perempuan-perempuan muda untuk melaksankan ta`ziah. Haram disini karena diqiaskan dengan diharamkan mengucapkan salam perempuan terhadap Ajnabi.
D. HIKMAH DIBALIK DISUNATKAN TA’ZIYAH SELAMA TIGA HARI.
Sebagai manusia yang berakal serta mempunyai pikiran yang waras pasti akan bertanya-tanya dalam benaknya “ Mengapa Agama Mensyari’atkan Ta’ziyah Selama Tiga Hari?? ”. Kebanyakan dari hukum-hukum yang disyari’atkan Allah kepada hamba-Nya mengandung nilai-nilai hikmah. Salah satu hukum yang mengandung nilai-nilai hikmah adalah Sunat Ta’ziyah selama tiga hari. Adapun hikmah Ta’ziyah selama tiga hari sebagaimana terdapat dalam kitab Bujairimi pada halaman: 649 adalah sebagai berikut:
a. Menenangkan, menentramkan jiwa orang-orang yang sedang mengalami musibah.
Maksud dan tujuan berkunjung ke tempat orang-orang yang mengalami musibah adalah membujuk serta menghibur mareka dengan perkataan-perkatan yang dapat menghilangkan kesusahan dan kegelisan yang sedang mareka hadapi.
b. Kebiasan kegundahan yang menimpa orang-orang yang sedang dilanda musibah akan hilang dalam masa tiga hari.
Selasa, 18 Januari 2011
TA'ZIYAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

syukran ...saya Sedikt berbahagia ...sekarang saya bisa menolak pemahaman Wahabi ( ibnu taimiah ) yg mereka katakan ..takziah dan makan di rumah orang mati .hukum nya makruh dan ( haram malah ) .
BalasHapuswallahu;aklam
al faqir